24.02.2023
“Menjawab Panggilan itu Membahagiakan, karena Panggilan Berasal dari Allah”
Pada tanggal 13 Desember 2022, Tim Kerasulan Panggilan Provinsi Indonesia, yang diwakili oleh Sr. Marian dan Sr. Theresiani, mengadakan pertemuan dengan sekitar 40 orang siswa siswi kelas XII SMAN Fafinesu-TTU, NTT. Bpk. Yohanes Seran selaku Kepala Sekolah sangat terbuka atas kehadiran kedua suster untuk membantu pembinaan iman dan karakter bagi para murid, sekaligus untuk memperkenakan kongregasi kita.
Pada pertemuan pertama, para suster memotivasi siswa untuk makin mengenal potensi diri sebagai orang muda di zaman milenial. Tema pertemuan pertama yaitu Orang Muda Lahir untuk Berjuang. Melalui tema ini, mereka disadarkan bahwa Allah sangat mencintai mereka dan memberi banyak rahmat agar dapat menghadapi segala tantangan hidup, terutama setelah lulus sekolah. Selain itu, para siswa diajak untuk dapat membuat visi dan misi pribadi yang membantu mereka untuk semangat dan focus mewujudkan impian mereka.
Pedampingan yang berkelanjutan sangat dibutuhkan, maka pada 28 Januari 2023 diadakan pertemuan kedua untuk memperkenalkan aneka panggilan hidup dalam Gereja, dengan tema “Menjawab Panggilan itu Membahagiakan, karena Panggilan Berasal dari Allah” (Paus Fransiskus). Para siswa dimotivasi agar tidak dilumpuhkan oleh ketakutan, pengucilan, ilusi, dan manipulasi, melainkan dapat mengenal cinta Yesus yang konkrit dan mau terlibat dalam misi Yesus melalui aneka panggilan, khususnya untuk panggilan hidup membiara. Tiga siswi merasa terketuk hatinya untuk makin mengenal kongregasi.
Selain di SMAN Fafinesu, Sr. Marian dan Sr. Theresiani mengadakan perjumpaan dengan orang-orang muda di Paroki Noemuti, berjarak sekitar 35 km dari Komunitas Suster Penyelenggaraan Ilahi di Maubesi. Pastor Paroki dan Pastor Rekan bersama OMK menyambut kedatangan para suster dengan sangat terbuka dan ramah. Sekitar 75 orang muda hadir dalam pertemuan itu. Mereka sangat antusias berbagi pengalaman hidup yang memperkaya satu sama lain.
Berikut ini salah satu sharing perserta: seorang pemuda mengalami kesulitan ketika kuliah karena tidak bisa membayar uang semesteran bahkan kesulitan untuk kebutuhan makan. Namun ia tidak kehilangan akalnya. Ia menjual gitar kesayangan yang selalu dimainkan untuk menyalurkan bakatnya. Hasil penjualan gitar digunakan untuk membayar uang kuliah dan membeli makanan. Sikap berani dan lepas bebas memampukan dia untuk menghadapi kesulitan. Ia tidak terikat dengan barang kesayangan dan berani melepaskan untuk memilih hidup dan masa depannya.
Banyak pengalaman yang dibagikan satu sama lain oleh peserta sehingga suasana begitu akrab dan penuh persaudaraan. Mereka bersyukur karena sebagai orang muda Allah menyertai dalam perjuangan hidup dan diberi kekuatan untuk tidak mudah menyerah.
(Autor: Sr. Theresiani/Edit: Sr. Marian & Sr. Leoni)